Ketika hari dimana orang-orang tidak bisa menolong kita, yang menolong waktu itu hanyalah amal kita.
Kita lahir ke dunia ini berupa bayi lalu dewasa lalu tua lalu mati. Bekerja mati-matian membangun mahligai kemewahan dunia yang nanti toh pada akhirnya tidak akan kita bawa mati. Seberapa penuhkah perut kita bisa menampung nasi? samakah porsinya antara si kaya dan si miskin? pasti sama. Sekali makan pasti tidak akan sampai 50 piring misalnya, satu atau dua piring sudah cukup kenyang.
Bencana demi bencana yang memporakporandakan seluruh harta kekayaan adalah suatu petunjuk bahwa semua benda-benda itu hanya akan ditinggal saja setelah kematian. Percayakah dengan kiamat?
Percaya tidak percaya ditunggu saja, kalaupun tidak terjadipun kita pasti mengalami tua dan mati. Lalu jika terjadi maka kemana semua kekayaan yang kita kumpulkan selama ini?
Percaya tidak percaya ditunggu saja, kalaupun tidak terjadipun kita pasti mengalami tua dan mati. Lalu jika terjadi maka kemana semua kekayaan yang kita kumpulkan selama ini?
Ketika hari dimana orang-orang sibuk dengan urusannya masing-masing, yang menolong kita hanyalah amal kita.
Dunia ini hanyalah awal perjalanan dari sebuah perjalanan sangat panjang dan tidak akan pernah terulang. Tidak akan pernah terulang. Mau kemanakah kita?
Pada hari itu kita berdoa minta diulang lagi kehidupan ini agar bisa beriman dan beramal baik.
Dan akan dijawab, sekali-kali tidak akan bisa kembali lagi.
Pada hari itu kita berdoa minta diulang lagi kehidupan ini agar bisa beriman dan beramal baik.
Dan akan dijawab, sekali-kali tidak akan bisa kembali lagi.
Sebelum hal itu menjadi kenyataan, sementara ini kita masih di sini. Apa yang harus kita lakukan sekarang?