Pages

Oct 14, 2010

Rat

Brengsek! umpatku.
Kukejar mahluk hitam berbulu itu kemanapun arahnya.
Sate ayam dengan rasa khasnya yang ditaburi bawang goreng itu berantakan dimakan dan diacak-acaknya tadi. Syukur kalo sekalian dihabiskannya saja bersama teman-temannya kan tidak mubazir jadinya.
Walaupun masih sisa beberapa tusuk, tak sudi kumenyentuhnya lagi.
Huh!
Bukannya aku lupa menutup lemari makan tadi, tapi dia sudah membuat lobang di dindingnya.
Kali ini tak akan lolos.
Diapun terpojok dan terjepit di antara dua dinding, tembok dan lemari.
Maka segera siap kuayunkan tongkat pemukul maling senjata pamungkasku ke arahnya.
Ampun Pak...!!
Akupun terkesiap sekejap mendengar suara itu.
Mungkin hanya perasaanku saja ya, tapi..
Kulihat kedua kakinya yang depan ditakupkan seperti layaknya dua buah tangan yang ditangkupkan. Seperti seorang hamba pada rajanya.
Seandainya sate-sate itu bisa kubeli Pak, pasti akan kubeli.
Tapi aku tak punya uang.
Keluargaku banyak dan tak bisa membeli makanan.
Tolong ampuni aku.
Sembari berkaca-kaca matanya, kulihat kumisnya yang banyak itu bergerak-gerak.
Akupun tak tega melanjutkan misiku.
Kubiarkan dia berlalu terbirit-birit di depanku.
Nuraniku berkata bahwa aku harus bersyukur tercipta sebagai makhluk semacam diriku ini.